Dalam episode kali ini, saya bercerita tentang salah satu lokasi berkesan yang pernah saya kunjungi. Adalah salah satu kota di Jepang bagian selatan. Bukan di Tokyo, melainkan di Hiroshima. Liburan anti-mainstream lha ya sesekali biar nggak bosan. Sebenarnya sih ini liburan saya sudah agak lama. Hanya saya baru beberapa hari lalu merapikan file foto-foto. Dan menemukan file foto ini. Kenangan pun kembali ke masa itu. Cieeleee. Hehehehe. Tepatnya saya pergi ke Hiroshima pada akhir Juli 2015. Tepat empat tahun lalu dari tulisan ini diterbitkan. Apa yang ada dipikiran kalian saat mendengar Kota Hiroshima? Menyeramkan? Mungkin label itu dikarenakan tragedi yang pernah menimpa kota cantik ini. Hanya sekedar info. Kota Hiroshima pernah diluluhlantahkan dengan jatuhnya bom atom oleh sekutu Amerika Serikat saat Perang Dunia II pada 6 Agustus 1945. Semua kota dan isinya hancur seketika dalam hitungan detik. Banyak korban manusia pun berjatuhan. Tentu saja kejadian itu membawa luka yang mendalam bagi warga setempat. Tapi tahun berganti tahun, mereka dapat bangkit membangun kota ini kembali. Itu yang buat saya salut. Saya melihat Kota Hiroshima kini sangat cantik. Tertata rapi dan modern. Memang tidak seramai atau padat seperti di Tokyo. Tapi sangat nyaman dapat menginjakkan kaki dan berkeliling kota ini. Menikmati keindahan kota dan mengabadikan momen. Bekas dan sisa tragedi bom itu memang masih ada. Namun, penduduk lokal dan pemerintah di sana berhasil mengubah kenangan buruk itu menjadi destinasi wisata yang menarik para traveler mancanegara. Tentu itu tidak mudah, apalagi dibayang-bayangi dengan kenangan pahit yang pernah terjadi. Tapi mereka berhasil. Saya dan rombongan pergi ke Hiroshima melalui perjalanan darat dari Kota Fukuoka. Perjalanan itu memakan waktu sekitar 3,5 jam. Sebenarnya, perjalanan singkat ini tidak masuk dalam agenda kami di awal. Apalagi kami pergi ke Fukuoka memang dikarenakan adanya agenda pekerjaan saat itu. Keinginan itu pergi ke Hiroshima itu muncul tiba-tiba. Saat ada waktu luang, kami pun langsung tancap gas ke Hiroshima. Kami pun langsung menuju ke pusat destinasi sisa-sisa bangunan dari bom atom tersebut. Yakni, Hiroshima Peace Memorial Park. Kami tiba disana sekitar pukul 10.00 waktu setempat. Lokasi dengan luas sekitar 120 ribu meter persegi itu terdiri dari beberapa titik bangunan. Antara lain Kubah Bom Atom (Atomic Bomb Dome), Museum Perdamaian Anak-Anak, dan Monumen Api Perdamaian. Lokasinya dikelilingi pohon-pohon yang rimbun. Jadi sangat nyaman untuk sekedar jalan-jalan di sekitarnya. Suasana mencekam yang pernah terjadi di tempat ini seolah-olah hilang sudah. Pengunjung bebas berkeliling mulai 08.30 hingga 18.00. Tidak ada biaya yang dipungut untuk keliling di lokasi ini. Bagi pembawa kendaraan pribadi, cukup mengeluarkan uang untuk biaya parkir. Atomic Bomb Dome atau yang dikenal dengan sebutan Genbaku Dome adalah pusat dari lokasi ini. Situs bersejarah ini sudah dimasukkan dalam UNESCO World Heritage. Bangunan ini sebenarnya ikut terbakar saat bom dijatuhkan. Tapi kerangkanya masih berdiri kokoh ketika semua bangunan rumah penduduk hancur lebur. Ceritanya, bangunan ini masuk dalam kategori bangunan termodern dan termegah pada zaman itu. Ya memang tidak 100 persen, tapi setidaknya masih terlihat kalau ada bangunan yang berdiri di sana. Dan itu masih dapat dinikmati sampai saat ini. Bangunan itu dikelilingi oleh pagar pembatas. Di sekitar pagar itu, wisatawan dapat menikmati kisah dari tempat itu dalam pameran foto yang mengelilingi bangunan. Saya bertemu dengan orang yang tak terduga di sini. Seorang nenek berusia 77 tahun (pada tahun 2015 dan semoga sampai saat ini masih sehat). Nenek itu adalah warga lokal yang selamat dari tragedi Bom Atom. Selain Genbaku Dome, wisatawan dapat menikmati Monumen Perdamaian Anak-Anak. Itu adalah sebuah patung yang didedikasikan untuk mengenang anak-anak yang tewas akibat pemboman. Bentuk patung itu adalah seorang gadis dengan lengan terentang dan membawa paper crane (origami berbentuk burung). Kisahnya, bentuk patung itu bukan dibangun asal-asalan. Namun, didasarkan dari cerita nyata seorang gadis muda bernama Sasaki Sadako. Gadis itu meninggal akibat radiasi dari bom. Dia dikenal karena melipat lebih dari 1000 paper crane sebagai dukanya terhadap kejadian Bom Atom ini. Karena itu juga, kalian sebagai wisatawan dapat melihat ribuan bahkan jutaan paper crane warna-warni yang digantung dalam kotak-kotak kaca di sekitar patung tersebut. Paper crane itu berasal dari kiriman anak-anak dari berbagai negara. Hati orang mana yang tak baper saat melihat ribuan gantungan paper crane di sana. Sungguh menyayat hati,ya. Semoga saya memiliki kesempatan untuk kembali ke sana. Sekian dan Terima kasih